Kata orang, lebih baik hidup sederhana daripada hidup mewah. Pernyataan ini dilematis, menurutku. Ketika orang dilanda persaingan antarmanusia, apakah masih mungkin orang bisa sederhana. Saya meyakini bahwa orang bersaing sebenarnya ingin meninggalkan kesederhanaannya menuju kemewahannya. Dalam hal ini kemewahan mungkin masih bisa diperhalus dengan kesejahteraan.

Di sinilah sebenarnya masalahnya. Orang mengatakan kesejahteraan, kesederhanaan dan kemewahan dengan standar yang berbeda-beda. Maka, saya mengalami kesulitan dalam menilai orang lain termasuk menilai diri sendiri. Apakah saya tergolong mewah, sejahtera atau sederhana? Hal ini pun masih terlalu sulit saya jawab. Akan bisa dijawab jika saya membandingkan dengan orang lain.

Ketika saya membandingkan itulah, saya bisa mengukur diri. Jadi seseorang bisa mengukur kalau sudah bisa membandingkan dengan yang lain. Maka, penilaian bukanlah sesuatu yang muncul dari dirinya sendiri, melainkan sesuatu yang dibuat berdasarkan perbandingan dengan yang lain.

Apa yang dikatakan mewah? Apa yang dikatakan sederhana? Apakah orang miskin juga bisa hidup mewah? Apakah orang kaya juga bisa hidup sederhana?

Saya mencoba membuat jawabannya. Mewah adalah mengonsumsi sesuatu melebihi kebutuhannya secara tidak wajar. Misalnya, saya sebenarnya cukup dengan makan sepiring nasi, semangkuk sayur dan sepotong tempe, namun, saya makan jauh lebih dari itu. Makan dua piring nasi dengan satu bongkah daging dan sayur satu panci. Itu mewah atau rakus ya? Hehehe, Ah temuan saya adalah mewah identik dengan kerakusan karena melibihi dari yang dibutuhkan.

Sementara itu, sederhana adalah mengonsumsi sesuatu sesuai dengan kebutuhannya. Bukan pelit, namun orang dipaksa atau dikondisikan untuk mengonsumsi sesuai dengan yang dibutuhkannya. Jadi orang tersebut tidak akan mengonsumsi sesuatu yang berlebihan. Sementara itu, jika ia mempunyai sisa, ia bisa bisa memberikan sisa tersebut pada orang lain. Di sinilah salah satu celah perbedaan antara sederhana dengan mewah. Dengan kesederhanaan seseorang bisa menyisihkan kelebihannya untuk orang lain.


Lalu, bagaimana dengan orang yang mengonsumsi sesuatu secara berlebihan tetapi dia masih juga mempunyai kelebihan? Wah, ini mungkin konglomerat atau orang kaya. Hemat saya, mengonsumsi berlebih tetap mengurangi hak orang lain. Karena ia melampaui kebutuhannya sendiri. Sementara itu, masih ada orang di sekitarnya yang masih membutuhkannya. Hal ini pun memboroskan barang konsumsi.

Maka, hidup sederhana adalah pilihan yang paling mungkin. Karena dengan demikian, seorang yang hidup sederhana masih bisa memberi subsidi kebutuhan bagi orang yang kekurangan.

Post a Comment

Kesan/Pesan