Bagi Galih dan teman-temannya, membaca adalah budaya yang baik. Maka, membaca mestinya bisa dilakukan siapapun dari berbagai usia. Tergerak akan hal itu, Galih dan teman-temannya di Muntilan menggagas berdirinya Perpustakaan Jalanan MTL (Muntilan).
Galih yang menjadi koordinator perpustakaan tersebut berkisah mengenai awal mula berdirinya perpustakaan jalanan itu. “Mulai awal Oktober 2017,” katanya pada suatu hari Minggu pagi di lapangan Pemda Muntilan. Ia bersama-sama teman-temannya ingin meningkatkan minat baca.
Pada hari Minggu pagi, mereka menggelar buku-buku tersebut di pinggir lapangan Pemda seperti layaknya pedagang kaki lima. Anak-anak dan masyarakat pun berdatangan untuk membaca buku tersebut. Perpustakaan jalanan yang diawaki anak-anak muda itu menyediakan buku-buku bacaan untuk anak-anak, majalah, komik, novel, buku psikologi, buku pengetahuan umum dan berbagai buku lainnya. Memang, koleksi buku-buku tersebut belum terlalu lengkap. Maka dari itu, Galih bersama 8 temannya dengan senang hati menerima donasi buku. “Harapannya ada donasi buku yang lebih banyak sehingga koleksi makin lengkap dan banyak pendukung,” kata Galih.

Buku-buku tersebut boleh dibaca di tempat ataupun dibaca di rumah lalu dikembalikan satu minggu kemudian.
Diaz salah seorang pembaca buku merasa senang. "Perpustakaan ini baik untuk membuat anak muda makin kritis dan peka pada fenomena. Kalau ada lapak ini bisa menumbuhkan minat baca," kata peminat sastra dan sejarah itu.
Pagi itu, Surya dari Mungkid tergerak untuk mendukung keberadaan perpustakaan jalanan itu. Surya mendonasikan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang ditulis RA Kartini. Ia mau membagi ilmu dengan nyumbang buku dan mengajak teman-temannya untuk berpartisipasi melengkapi koleksi buku di perpustakaa  itu.



Post a Comment

Kesan/Pesan