Sedekah Bumi di Desa Penadaran Lestarikan Budaya dan Sumber Air

Warga menguras Sendang Sumber
Masyarakat Penadaran, Gubug, Grobogan melakukan sedekah bumi setiap bulan  Apit dengan melakukan pembersihan dan pengurasan Sendang Sumber yang  terletak di desa itu, 12 Agustus 2017. Warga desa tanpa canggung menceburkan diri dalam sendang itu. Dengan semangat mereka membersihkan dan menguras sendang itu secara bergotong royong.
Usai membersihkan sendang, masyarakat Penadaran melakukan selamatan dengan  mengadakan doa bersama dan pergelaran tayub. Prosesi tayub dibuka di tengah-tengah desa, di dekat tanah bengkok. Dalam pembukaan itu, para  perangkat desa ikut menari bersama para penari tayub dengan memakai sampur.
Pergelaran tayub pun diteruskan di rumah kepala desa. Tiga penari tayub  melenggak-lenggok sambil menyanyi. Para perangkat desa pun ikut menari  kembali. Usai para perangkat desa menari, ibu-ibu desa pun tak ketinggalan.  Mereka ikut menari dengan semangat dengan mengenakan kain sampur. Jika ibu-ibu warga desa menari pada siang hari, bapak-bapaknya menari pada malam hari.
Pembersihan sendang dimaksudkan untuk menjaga sendang tetap lestari  mengingat sendang Sumber tersebut merupakan sumber air di desa tersebut.  Dengan pembersihan sendang, air sendang tetap mengalir dan bersih.
Perangkat desa menari di tengah desa

Tari Tayub dilanjutkan di depan rumah kepala desa


Ibu-ibu menari Tayub
Dalam acara itu, para ibu dan kaum perempuan membawa nasi dan ayam panggang  beserta uba rampainya. Ayam panggang tersebut kemudian dipotong menjadi  dua. Satu bagian untuk makanan bagi orang-orang yang mengikuti rangkaian  acara, satu bagian yang lain untuk dibawa dan dimakan di rumah setelah didoakan dalam acara itu.
Salah seorang mantan perangkat desa, Edy Sutoyo menjelaskan kalau acara  tahunan itu sudah berlangsung sejak lama. Acara tahunan tersebut  diselenggarakan setiap bulan Apit, sedangkan tanggalnya disesuaikan dengan  hari dan tanggal sesuai kalender Jawa pemilihan kepala desa itu.
Dia berharap kalau acara tahunan itu tetap bisa dilaksanakan. "Budaya  semakin lestari," harapnya. Dia juga berharap, kaum muda desa tersebut bisa  meneruskan tradisi tersebut.
Perangkat desa mengitari rumah kepala desa
Ada ritual yang menarik dalam acara selamatan dan syukuran. Perangkat desa dipimpin oleh kepala desa mengitari rumahnya tiga kali dengan membawa alat-alat pertanian seperti cangku, bajak, dan alat pertanian lain. Sementara itu seseorang yang berjalan paling belakang dari rombongan itu menebar minuman dawet. Biasanya dulu, petani di ladang minum dawet pada waktu istirahatnya.
Warga menyiapkan uba rampainya
Seorang modin memimpin doa pada siang hari itu. Ia berdoa untuk kelestarian desa, keberhasilan panenan dan kesejahteraan bagi warga desa. Sebelum berdoa ayam panggang dan uba rampainya dikumpulkan terlebih dahulu. Usai berdoa, ayam panggang dan uba rampainya dibungkus kembali dan dibawa pulang untuk disantap bersama keluarga.
Warga dari berbagai latar belakang hadir pada acara itu. Acara itu mengumpulkan orang dari berbagai latar belakang. Semua berkumpula dengan guyub dan gembira.
Kepada desa Penadaran Siswanto mengatakan, sedekah bumi dimaksudkan supaya masyarakat bisa selamat, bisa makmur, termasuk bumi juga makin dicintai. Dia berharap anak-anak muda di desa itu pun akan meneruskan tradisi itu. “Beberapa waktu baru saja panen jagung, maka kita bersyukur atas panenan ini. Kita berharap bumi bisa memberikan panenan yang baik,” katanya.


Lukas Awi Tristanto Tanggal 23 Juni 1979, tiba-tiba aku terlempar ke dunia. Rupanya Tuhan memberi aku kesempatan untuk berziarah menikmati harumnya kehidupan.

Posting Komentar untuk "Sedekah Bumi di Desa Penadaran Lestarikan Budaya dan Sumber Air"