Kenaikan harga BBM, khususnya premium membuat gelisah banyak orang akibat pengalihan subsidi oleh pemerintah. Tak sedikit mahasiswa yang menggelar aksi demo di jalan-jalan. Seorang kawan mahasiswa terlihat tak ikut berdemo.
"Ngapain ikut demo? Lah, wong mereka tak sepenuhnya memperjuangkan itu kok," jawabnya ketika ditanya alasan tidak ikut demo.
"Mereka kan ikut aksi selebrasi biar aksinya dipotret selfi," tambahnya.
"Wah, panjenengan, ki sepertinya tidak mendukung kawan-kawan mahasiswa dalam berjuang," kataku.
"Ssst, lihat, mereka datang ke sini naik motor, apa itu bukan pemborosan? Parahnya, lah, mereka demo ke sini naik motor, beli bensinnya apa pakai tarif lama. Nggak, dong. Mereka tetap bayar dengan tarif harga baru setelah kenaikan," cerocosnya.
"Emang mereka mau nawar ke Mbak-mbak tukang bensin di SPBU, Mbak tarifnya yang lama aja ya? Mana berani mereka?" tambah nyerocos," sebagian dari mereka sudah gak punya ketrampilan menawar, lah wong udah gak pernah belanja di pasar tradisional. Mereka lebih suka belanja di Alpamart atau Indahmart.
"Eh iya, ya," aku speechless.
"Bentar, Mas. Aku haus, nyerocos terus," katanya seraya mengangkat botol air mineral besar.
Tiba-tiba dia teriak,"Bajinguk!"
Sontak saya bertanya,"Ada apa, Mas?"
"Yang kuminum bensin hasil timbunan sebelum kenaikan BBM. Aku salah ambil minuman, jinguk tenan,"

Post a Comment

Kesan/Pesan