Keseimbangan Kedunawian dan Kerohanian

Siang itu, saya bersama tiga teman mengunjungi Vihara Mendut. Kami pun bertemu Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera. Setelah berbincang banyak hal, kami berjalan berkeliling di seputar wihara. Yang menarik, di salah satu tempat terdapat patung Siddhartha Gautama yang kurus kering. Menurut Bhikkhu Pannavaro, patung itu menggambarkan Siddhartha yang sedang menjalani tapa yang ekstrem, menangkal keduniawian, setelah sebelumnya, ia hidup dalam kemewahan di istana. Siddhartha dalam keprihatinan ekstrem itu hanya mendapatkan ketenangan, namun tidak mendapatkan kebijaksanaan.

Menurut Bhikkhu Pannavaro, Siddharta akhirnya menyadari bahwa upaya-upaya ekstrem baik menangkal keduniawian maupun hidup mengandalkan keduniawian sama-sama tidak baik. Hingga akhirnya, Siddharta mengalami pencerahan dan memahami apa yang disebut jalan tengah (The Middle Way). 
Jalan tengah tersebut bisa diartikan, manusia sebaiknya hidup tidak berada dalam titik ekstrem duniawi atau rohani saja.

Keduanya, baik keduniawian dan kerohanian tetap dipakai secara seimbang. Manusia masih membutuhkan dunia demikian pula ia butuh menghidupi rohaninya. 
Lukas Awi Tristanto Tanggal 23 Juni 1979, tiba-tiba aku terlempar ke dunia. Rupanya Tuhan memberi aku kesempatan untuk berziarah menikmati harumnya kehidupan.

Posting Komentar untuk "Keseimbangan Kedunawian dan Kerohanian"