Dengan mengolah keheningan batin, kita menggapai pintu iman. Namun dengan kemampuan sendiri kita hanya mencapai ambang pintu, belum bisa masuk. Namun, Tuhan yang mahabaik telah berkenan memberikan rahmat iman kepada kita, sehingga kita bisa masuk pintu iman yaitu melalui Yesus. Mgr Blasius Pujaraharja menyampaikan hal itu di hadapan 200 orang peserta Temu Kebatinan Katolik di Gua Maria Kerep Ambarawa (16-17/3/2013).
            Dan dengan memasuki pintu itu, kita masuk persekutuan hidup dengan Allah, menyatu dengan Allah bagaikan pokok anggur dan carangnya/rantingnya dalam Yesus,” kata Uskup Emeritus Ketapang itu.

            Dalam acara bertema Mengolah Batin Menggapai Pintu Iman itu, uskup yang menghabiskan hari tuanya di Yogyakarta, mengajak peserta menyaksikan dan meneladan orang-orang yang telah sungguh-sungguh menghidupi imannya. Peserta diajak untuk menelusuri sejarah iman dan selanjutnya menghidupi iman itu tidak hanya berhenti pada pengakuan, tetapi berlanjut pada amal serta perutusan.
            Salah satu tokoh iman itu adalah Bunda Maria. Menurutnya, Bunda Maria telah menerima kata-kata dari malaikat, dan percaya bahwa Tuhan memilihnya menjadi Bunda Allah yaitu Juru Selamat, ”dan Bunda Maria menyerahkan diri dengan segala konsekuensinya.”
Menurut Mgr Blasius, Bunda Maria tetap percaya waktu menerima Malaikat Gabriel, menyambut kelahiran, mengikuti Tuhan Yesus dalam pewartaan bahkan mengikuti sampai disalib di Golgota dan menikmati kebangkitan-Nya. Bunda Maria tetap dalam iman sepanjang hidupnya. Ia setia akan imannya. Dan kalau kita merenungkan Bunda Maria lebih jauh lagi, lebih dalam lagi, kita akan bisa mengaguminya, begitu dalam iman Maria dengan segala risikonya sejak dia menerima perwartaan lewat malaikat Gabriel,” kata uskup berambut putih itu.
Ia juga mengisahkan beberapa kisah perjuangan para misionaris di pedalaman Kalimantan yang menghadapi medan yang berat, lingkungan alam yang tak ramah dan budaya setempat yang tak mudah dipahami.
Menurutnya, dengan iman yang sama pula para rasul telah menghidupi imannya dan bersaksi akan Yesus Kristus. Bahkan banyak pria dan wanita dengan iman yang sama pula dengan gembira meninggalkan segala sesuatu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan dan Gereja-Nya dengan hidup secara radikal menurut amanat Injil yaitu dengan menghayati, mengkaulkan,  ketaatan dan kemiskinan dan kemurnian. Demikian pula dengan iman yang sama, pria dan wanita mengaku dirinya adalah orang-orang Kristiani di manapun mereka berada baik dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pelayanan bermacam-macam, maupun dalam perjuangan membela keadilan dan sebagainya
            Selanjutnya, ia menekankan bahwa iman tak hanya berhenti pada pengakuan saja, namun berlanjut pada amal dan perutusan. “Iman tanpa pengamalan, iman itu tidak ada artinya atau omong kosong,” tandasnya. Menurutnya, dengan iman kita masuk dalam persekutuan hidup dengan Allah yang adalah  Kasih. Di mana  ada kasih dan cinta, di situ ada Allah. Sehingga kalau kita beriman, kita menyatu dengan Allah yang adalah kasih. Jadi beriman berarti mengasihi Allah maupun mengasihi sesama,” jelasnya dalam acara yang diselenggarakan Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (KOM HAK KAS) itu.         
Demikian pula, menurutnya, orang beriman harus siap untuk melakukan perutusan. “Kalau Gereja tidak melaksanakan perutusan sudah bukan Gereja Kristus lagi. Dan kalau kita tidak melaksanakan perutusan, kita bukan Gereja Kristus yang sesungguhnya,” katanya. Menurutnya, perutusan tersebut bisa dilakukan di tempat masing-masing, misalnya dalam hidup sehari-hari yang menampakkan isi dari iman kita, “hidup seperti Kristus yang mencintai umat manusia dan memberikan diri kepada umat manusia.”
            Ketua KOM HAK KAS Pastor Aloys Budi Purnomo, Pr mengatakan bahwa di tengah hiruk pikuk kesibukan duniawi, umat beriman diundang untuk mengolah batin yang hening agar dapat dengan jernih mengembangkan hidup beriman pada Tuhan Yesus Kristus.    
Melalui iman, imbuhnya, umat beriman dapat mengenal wajah Kristus yang hadir dalam diri mereka yang meminta kasih.
Temu Kebatinan Katolik dihadiri peserta dari Semarang, Kedu, Yogyakarta, Surakarta maupunl luar wilayah Keuskupan Agung Semarang.

Post a Comment

Kesan/Pesan