Suatu ketika seorang
anak menyapu halaman yang penuh dengan dedaunan yang rontok dari pepohonan
subur di tempat itu. Dia menyapu dengan penuh semangat sambil bersiul-siul.
Wajahnya tampak bergembira. Setiap sapuan dirasakannya. Hingga sampai beberapa
waktu kemudian, halaman itu sudah bersih dari dedaunan. Anak itu pun senang
menikmati hasil pekerjaannya. Namun, pada saat dia menikmati halaman yang
bersih itu, tiba-tiba angin bertiup kencang. Akibatnya, banyak dedaunan di
pohon yang berguguran. Ia pun dengan semangat bangkit menyapu ulang halaman
tersebut hingga bersih kembali.
Setelah bersih ia duduk
sambil menikmati minuman. Namun, tiba-tiba angin bertiup kencang lagi bahkan
lebih keras dari sebelumnya. Dedaunan pun berjatuhan, bahkan lebih banyak. Anak
kecil itu menggerutu karena ia sudah capek berkali-kali menyapu halaman itu. Namun,
ia bangkit lagi dan menyapu kembali. Ketika ia menyapu separuh halaman
tiba-tiba angin bertiup lagi dan dedaunan jatuh mengotori halaman itu. Ia putus
asa dan tak mau menyapu lagi. Apakah itu
keputusan yang tepat?
Peristiwa
itu sebenarnya mencerminkan perjalanan hidup manusia. Ketika kita bersemangat mengisi
hidup ini, terkadang ada hal-hal yang tiba-tiba mengacaukan semuanya. Awalnya
kita memang semangat, namun karena berbagai hal yang menghambat tak jarang
semangat kita pun luruh. Bahkan kita putus harapan.
Belajar
dari kisah anak yang menyapu tadi, yang bisa dilakukan adalah terus menyapu.
Dalam hal ini berarti kita melanjutkan aktivitas kita, meraih cita-cita, membuat
proyek tertentu. Semangat dan keputusan untuk terus melanjutkan karya adalah
kuasa kita.
Sementara angin yang
bertiup kencang dan mengacaukan itu adalah di luar kuasa kita. Angin yang
mengacaukan itu mungkin bisa berupa perekonomian makro, lingkungan yang tak
mendukung, budaya masyarakat yang tak kondusif. Semua itu di luar kuasa kita.
Yang
bisa kita lakukan adalah menguasai diri kita supaya bisa tetap berkarya dengan
baik dan mencapai tujuan hidup kita, bukan berhenti berkarya dan mengutuki
situasi di sekitar kita. Maka, kita perlu mempelajari angin itu, mempelajari
situasi di sekitar kita dan berusaha menyikapinya supaya pengaruhnya tidak
mengacaukan rencana kita.
Anak
di atas tadi bisa saja berhenti menyapu dan mengutuki angin yang mengutuki
pekerjaannya. Namun, bisa juga dia berpikir mencari cara supaya angin tak lagi
mengacaukannya atau membiarkan saja angin itu mengacaukannya namun ia tetap
bekerja sesuai dengan kemampuannya.
Yang
bisa dilakukan kita dalam menghadapi lingkungan yang mengacaukan pekerjaan kita
adalah mencari solusi supaya lingkungan itu tidak mengacaukan kita. Kalau tidak
bisa ya kita mengecilkan kerugian yang diakibatkan lingkungan tersebut. Atau
kalau kita tak bisa menghindarinya, selagi lingkungan itu tak terlalu
membahayakan, kita membiarkannya saja dan kita terus berkarya sesuai dengan
kemampuan kita.
Posting Komentar untuk "Kitalah yang berkuasa atas diri kita"
Kesan/Pesan
Posting Komentar