Kokok ayam tetangga kost membangunkanku. Tak biasanya, ayam jantan berkokok sepagi ini. Seperti halnya manusia, pikirku, ayam itu menderita insomnia. Badanku masih terbaring di atas kasur kapuk randu yang melapuk. Bahkan ada kapas-kapas yang terurai keluar dari pembungkusnya. Risiko tinggal di tempat kost murahan. Sejenak, aku bertanya mengapa aku bisa bangun sepagi ini? Gara-gara ayam tetangga.
Kucoba untuk memejamkan mata kembali terasa sangat sulit. Mata rasanya hanya ingin berjaga. Dalam hati, aku bertanya mencari tahu hal-hal yang bisa dilakukan di pagi hari. Terlalu pagi. Masih jam tiga. Memutar musik rock tentu bukan hal yang bijak. Bisa-bisa atap rumah kost yang terbuat dari seng dilempari batu. Dalam kebimbangan hati untuk memilih melakukan aktivitas tertentu, tiba-tiba aku mendengar desahan perempuan yang lumayan keras dari kamar pojok. Aku curiga, suara itu jangan-jangan adalah suara hantu yang diceritakan teman-teman kost di kamar mandi. Seorang hantu perempuan di pojok kamar mandi. Ketika malam hari, kadang-kadang terdengar suara perempuan membasuh air di kamar mandi yang remang. Dengan perlahan aku yang selama ini penasaran menghampiri kamar pojok. Desahan dan erangan semakin keras. Lalu aku tiba di depan kamar pojok itu. Hatiku semakin tidak karuan, bersiap menjumpai sosok hantu yang sudah beberapa minggu terutama pada malam-malam jumat dan sabtu kerap mengeluarkan suaranya.
Tepat di kamar pojok suara erangan dan desahan berkejaran. Tak kusangka muncul juga suara erangan laki-laki. Seketika ketakutanku sirna. Itu suara mesum di pagi hari. Rupanya ada yang “ngamar”. Kedengarannya mereka berdua beradu sangat seru sampai suaranya pun cukup keras. Tapi itu tidak menarik, menurutku. Tidak ada minat untuk mengintip adegan favorit orang muda yang selama ini sering difantasikan.
Aku pun balik kanan meninggalkan kamar mesum itu. Lalu aku masuk ke kamarku dan kurebahkan tubuhku di kasurku sendiri. Beberapa saat kemudian terdengar suara perempuan di kamar mandi. Itu sih suara perempuan yang habis berbuat mesum. Dan benar, beberapa saat kemudian suara laki-laki di tempat remang itu terdengar. Mereka membasuh tubuh mereka. Penghuni kamar pojok itu adalah Rudi, mahasiswa semester bangkotan. Pantas tidak lulus-lulus, perangainya mesum melulu!
Jadi anggapan adanya teror hantu di rumah kost beberapa minggu ini telah terbantahkan. Tidak ada hantu di rumah kost. Yang ada hanyalah orang mesum di kamar pojok. Akhirnya aku menyadari bahwa memikirkan hal itu, jelas tidak ada gunanya. Di rumah kost, para penghuninya terkenal sangat menghormati privasi antarpenghuni kost lainnya. Bisa jadi yang tahu akan kejadian panas pagi ini hanya aku.
Pada siang hari, biasanya para penghuni kost ada yang mengajak pacarnya main ke kost. Yang lainnya juga memberi privasi pada orang-orang yang berpacaran. Namun, pada siang hari yang kuamati, mereka berpacaran tidak seganas kejadian di kamar pojok pagi ini. Dari pacaran, selera musik, sampai urusan berdoa, semua mendapat surganya masing-masing. Penghuni kost terdiri dari berbagai penganut agama. Dari ekstrim paling alim yang dibuktikan dengan sembahyangnya sampai ada yang mengaku ekstrim ateis pun ada. Maka tak jarang dalam waktu bersamaan ada yang memutar lagu-lagu dakwahnya Rhoma Irama, namun di kamar lainnya terdengar lagu Franky Sihombing. Sementara di kamar lainnya ada yang memutar ayat-ayat suci Al Quran, sementara di sebelahnya, meskipun dengan pintu kamar terbuka ada dua sejoli yang asyik berpacaran di kamar sambil makan siang. Sementara itu di kamarku kerap terdengar lagu Kla Project yang sangat puitis dan bermakna dalam. Syairnya sangat bagus. Semua berbaur menjadi satu. Kalau ada orang datang, mereka pasti hanya bisa mendengar suara-suara yang campur aduk. Tetapi kalau sudah memasuki kamar-kamar, maka yang terdengar adalah suara-suara khas sesuai dengan kegemaran penghuni kamar kost.
Pagi ini, aku terbangun lebih awal. Namun, aku masih bingung akan aktivitas pagi yang terlalu dini ini. Lalu, aku coba mengisi pagi ini dengan menulis. Namun, aku bingung tentang hal yang harus aku tulis. Lama, aku memikirkan hal yang harus kutulis pada waktu hari masih gelap. Lalu, tiba-tiba aku dengan sangat bernafsu mencoba menuliskan semua hal yang terlintas dalam pikiran dan perasaanku pagi ini. Semua hal coba kutumpahkan melalui coretan tanganku dalam buku khusus. Aku tak peduli dengan dunia sekitarku. Pikiran dan perasaanku coba kunikmati sedalam-dalamnya. Aku mencoba menyadari pikiran dan perasaanku yang sedang terjadi. Ada perasaan nikmat tersendiri. Aku merasa berada dalam dunia yang indah. Dua halaman buku khususku sudah terisi penuh dengan tulisan. Ah, bagaimana rasanya menjadi penulis ya?
Dulu pada waktu SMP, aku sering membaca puisi Chairil Anwar. Puisi yang ditulisnya itu menjadi bacaan wajib kami para murid. Waktu itu, aku belum bisa menikmati sastra. Yang kurasakan hanyalah kewajiban dari guru untuk membaca puisi dengan baik termasuk, artikulasi, intonasi, maupun penggalan lirik-liriknya. Ingatan itu membuatku teringat kalau aku adalah orang yang sering disuruh maju oleh sang guru untuk membaca puisi di depan kelas. Namun, sejujurnya aku pun tidak paham akan puisi Chairil Anwar yang kubaca. Hingga beberapa hari lalu, setelah aku melumat habis novel tentang misteri pembunuhan yang kupinjam di perpustakaan aku mulai menikmati sastra. Atau mungkin, lebih mudah mencerna novel daripada puisi. Puisi biasanya berbahasa sangat padat, susah dipahami.
Pagi ini, aku tergelitik tentang penulis. Lalu, sambil merebahkan diri di atas kasur tua dengan sprei yang acak-acakan, aku mulai membaca dua lembar tulisan instan di buku khususku. Aku menulis mengenai mahasiswa yang IP-holic (Indeks Prestasi-holic) dan aktivisholic. IP-holic adalah istilah yang aku ciptakan sendiri yaitu mahasiswa yang tergila-gila ingin mendapatkan IP atau Indeks Prestasi yang bagus. Sedangkan Aktivisholic adalah mahasiswa yang tergila-gila ingin beraktivitas ria. IP-holic bisa dilakukan entah dengan cara halal maupun haram. Cara halal tentu dilakukan dengan giat belajar sehingga memperoleh nilai yang bagus. Sedangkan cara haram dilakukan dengan membuat contekan entah dalam kertas kecil atau membuat tulisan yang disembunyikan di sekitar tubuh yang sulit terlihat orang lain. Mahasiswa jenis ini berorientasi pada hasil.
Sedangkan Aktivisholic adalah mahasiswa yang mengekspresikan dirinya secara total untuk melakukan kegiatan tertentu entah itu politik, budaya, usaha, maupun kerohanian, pecinta alam maupun yang lainnya. Ah, kalau aku berarti yang jenis Aktivisholic, rupanya. IP jeblok, sementara kegiatan yang menggunung dari diskusi, demonstrasi, menjadi panitia dan masih banyak kegiatan lainnya.
Ah, kalau Hani kategori apa ya? Kalau ia, menurutku kategori campuran antara IPholic dengan Aktivisholic. IP dia bagus, sementara itu, dia tak pernah ketinggalan dalam berbagai aktivitas organisasi, meskipun tidak terlalu total. Berarti dia lebih condong IP-holic.
Ingatanku disergap bayangan Hani pagi ini. Padahal aku sedang membaca tulisanku untuk mengetahui seberapa bagus tulisanku. Dari tulisanku aku menemukan banyak kesalahan dan kelucuan. Kalimat yang kutulis tidak runtut. Logika kalimat tidak jalan. Dan intinya, adalah tulisanku tidak menarik untuk dibaca. Berbeda dengan koran dan majalah yang kubaca selama ini. Tulisanku ini jauh dari tulisan di media-media itu. Ternyata sulit juga menjadi penulis.
Hari masih gelap. Kira-kira sekarang pukul setengah lima pagi. Buku yang berisi coretan tanganku, kutaruh di meja pendek dekat kasur. Aku pun membaringkan diri di atas kasur kumal dengan sprei berantakan seperti habis untuk bercinta. Masih ada rasa malas yang mengunci tubuhku untuk beraktivitas. Tiba-tiba aku mendengar langkah kaki menuju pintu gerbang dari arah kamar pojok. Aku melihat Rudi dan seorang perempuan yang ternyata bernama Siti, seangkatan dengan Hani. Mereka berjalan dengan mengendap-endap supaya tidak terdengar penghuni kost yang lainnya. Mereka pergi ketika hari masih pagi buta setelah semalam bercinta dengan dahsyat dengan erangan yang berakhir pada orgasme. Mahasiswa jaman sekarang, lebih bebas mengisi hidupnya, untuk yang berbau kesenangan pribadi maupun yang altruistik. Keduanya bersaing memperbutkan hati mahasiswa. Mereka pun menghilang bersama sepeda motor yang mereka kendarai. Aku pun merasa lelah, lalu bayangan gelap menyergap mataku. Tidur.
***
Aku terbangun pukul setengah tujuh oleh hangatnya cahaya matahari yang menerobos jendela kacaku. Lalu aku melangkah keluar kamar. Kulihat Joni sedang membaca koran pagi. Sementara yang lain masih lengang di kamar masing-masing. Di samping Joni aku melihat segelas kopi hitam yang masih mengepulkan asap. Sementara di sela bibirnya sebatang rokok yang tinggal setengah dinikmatinya dengan penuh penghayatan. Aku pun bergabung dengannya.
“Jon, ada berita apa?” tanyaku.
“Berita kenaikan bahan bakar minyak!” jawabnya.
“Loh, jadi naik? Pemerintah tetap nekad sementara rakyat tidak siap!”
“Iya! Memang gila. Aku yakin Tris, dalam beberapa waktu ke depan tarif kost kita bakal naik. Alasannya, ya kenaikan bahan bakar minyak yang berpengaruh pada sendi-sendi perekonomian. Pemerintah apa tidak sadar bahwa masih ada mahasiswa seperti aku yang untuk bayar kost saja masih harus nunggak. Bulan lalu belum kubayar!”
“Jon, kamu sih, bukannya nggak kuat bayar, tapi duitmu jadi asap dan abu. Tuh lihat, asbak di kost kita penuh oleh abu rokokmu!”
“Iya juga sih, hehehe!” jawabnya sambil memasang mimik malu.
“Lah, terus kamu gak diusir sama bapak kost?”
“Sebelum itu terjadi aku sudah ke rumahnya. Minta pengampunan kalau aku belum bisa membayar kost bulan lalu. Untungnya, aku selama ini dikenal tidak pernah membuat ulah yang macam-macam sehingga bapak kost tetap percaya padaku. Lagi pula baru kali ini, aku telat bayar kost karena ada kebutuhan mendesak. Pacarku butuh uang untuk bayar kuliahnya. Ini sikap altruistik, Bung!”
“Oke. Aku setuju. Oya omong-omong kamu pernah melihat hantu di kamar mandi kost kita?”
“Ah, kalau melihat sih belum. Tapi kalau mendengar suaranya, aku pernah. Dua minggu lalu aku mendengar suara itu pada malam hari!”
“Iya. Tadi sekitar jam tiga aku juga mendengarnya. Ngeri juga!”
Hantu itu sebenarnya tidak ada. Namun aku pelihara saja mitos kost ini supaya terkesan berwibawa dan angker. Dalam hatiku, bicara tentang hantu hanya orang bodohlah yang belum melihat namun percaya.

Post a Comment

Kesan/Pesan