Di sebuah perusahaan, ada lima orang karyawan. Mereka mempunyai pekerjaan yang sama yaitu memasarkan produk perusahaan mereka sebanyak-banyaknya. Jika mereka bisa memasarkan produk tersebut, bonus besar telah menanti di depan mereka.
Dengan berbagai cara mereka berusaha memasarkan produk perusahaan. Mereka berusaha menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya. Teman-teman sesama pemasar pun bersaing demi mendapatkan bonus tertinggi dan berusaha mendapatkan kesan positif dari sang bos perusahaan mereka.
Teman-teman kerja sesama pemasar pun bagaikan musuh yang bertanding untuk mendapatkan piala kemenangan berupa bonus dan sanjungan bos. Tak jarang mereka saling menyerobot untuk mendapatkan keuntungan. Tak pandang betapa teman-teman yang lainnya sedang kesusahan.
Mereka berorientasi pada keuntungan diri sendiri. Segenap ilmu yang mereka dapatkan di sekolah didayagunakan sedemikian rupa demi meraih target setinggi mungkin. Hawa-hawa keserakahan sangat kental. Ketika tiba waktu laporan dan evaluasi, di antara 5 orang itu hanya 1 orang yang mempunyai keberhasilan dalam mendapatkan pelanggan paling banyak. Perbandingannya pun sangat jauh bagaikan langit dengan bumi. Dialah si Merah. Si Kuning, Si Biru, Si Ungu dan Si Hijau hanya terpekur diam karena keempatnya hanya mendapatkan pelanggan sangat sedikit. Bahkan mereka mendapatkan hasil di bawah target. Keempat orang itu pun kuatir akan kehidupan keluarga mereka karena mereka terancam akan memperoleh pendapatan yang seditkit.
Sementara itu, Si Merah dengan congkak mengatakan, ”Makanya kerja keras supaya mendapatkan hasil seperti saya!” pada keempat orang itu. Keempat orang itu pun berbisik, ”Dasar orang serakah, ngakunya kerja keras!” Si Merah dikenal sangat lihai dan pandai namun juga licik dalam mengejar target penjualan. Bahkan pelanggan-pelanggan temannya pun diserobot. Namun, anehnya dia sangat pandai dalam merayu para pelanggan teman-temannya. Dia pun tidak mau berbagi jika ada teman-temannya yang mengalami kesulitan.
Kelima orang itu pun dipanggil menghadap bos. Mereka berdiri berjajar. Bos pun dengan lantang berkata, ”Saya kecewa pada kamu Si Kuning, Si Biru, Si Ungu dan Si Hijau. Mengapa penjualan kalian melorot?” Keempat orang itu pun ketakutan. Ancaman pemecatan pun sudah membayang di depan mata.
Sementara itu Si Merah dengan wajah berseri-seri dan penuh senyum mengejek kepada keempat temannya. Bos pun melanjutkan kata-katanya. “Namun, lihatlah Si Merah ini!” perintah bos. Keempat temannya pun, mau tidak mau memandang Si Merah. ”Di antara lima orang ini, Si Merah yang penjualannya terbanyak!” Si Merah pun merasa disanjung, ”Terima kasih, Pak!” katanya. Bos pun melanjutkan kata-katanya. ”Namun, kamu juga, Si Merah yang paling serakah di antara kelima orang ini. Saya sangat kecewa pada kamu. Mengapa kamu masih tega, ketika keempat temanmu masih kesusahan, kamu melenggang sendiri hidup sukses. Kamu egois. Saya tidak menginginkan tim seperti ini. Saya beri surat peringatan bahwa kamu egois. Di sini yang penting adalah kerja tim untuk mendapatkan target setinggi mungkin!”
Si Merah pun terdiam.
Dengan berbagai cara mereka berusaha memasarkan produk perusahaan. Mereka berusaha menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya. Teman-teman sesama pemasar pun bersaing demi mendapatkan bonus tertinggi dan berusaha mendapatkan kesan positif dari sang bos perusahaan mereka.
Teman-teman kerja sesama pemasar pun bagaikan musuh yang bertanding untuk mendapatkan piala kemenangan berupa bonus dan sanjungan bos. Tak jarang mereka saling menyerobot untuk mendapatkan keuntungan. Tak pandang betapa teman-teman yang lainnya sedang kesusahan.
Mereka berorientasi pada keuntungan diri sendiri. Segenap ilmu yang mereka dapatkan di sekolah didayagunakan sedemikian rupa demi meraih target setinggi mungkin. Hawa-hawa keserakahan sangat kental. Ketika tiba waktu laporan dan evaluasi, di antara 5 orang itu hanya 1 orang yang mempunyai keberhasilan dalam mendapatkan pelanggan paling banyak. Perbandingannya pun sangat jauh bagaikan langit dengan bumi. Dialah si Merah. Si Kuning, Si Biru, Si Ungu dan Si Hijau hanya terpekur diam karena keempatnya hanya mendapatkan pelanggan sangat sedikit. Bahkan mereka mendapatkan hasil di bawah target. Keempat orang itu pun kuatir akan kehidupan keluarga mereka karena mereka terancam akan memperoleh pendapatan yang seditkit.
Sementara itu, Si Merah dengan congkak mengatakan, ”Makanya kerja keras supaya mendapatkan hasil seperti saya!” pada keempat orang itu. Keempat orang itu pun berbisik, ”Dasar orang serakah, ngakunya kerja keras!” Si Merah dikenal sangat lihai dan pandai namun juga licik dalam mengejar target penjualan. Bahkan pelanggan-pelanggan temannya pun diserobot. Namun, anehnya dia sangat pandai dalam merayu para pelanggan teman-temannya. Dia pun tidak mau berbagi jika ada teman-temannya yang mengalami kesulitan.
Kelima orang itu pun dipanggil menghadap bos. Mereka berdiri berjajar. Bos pun dengan lantang berkata, ”Saya kecewa pada kamu Si Kuning, Si Biru, Si Ungu dan Si Hijau. Mengapa penjualan kalian melorot?” Keempat orang itu pun ketakutan. Ancaman pemecatan pun sudah membayang di depan mata.
Sementara itu Si Merah dengan wajah berseri-seri dan penuh senyum mengejek kepada keempat temannya. Bos pun melanjutkan kata-katanya. “Namun, lihatlah Si Merah ini!” perintah bos. Keempat temannya pun, mau tidak mau memandang Si Merah. ”Di antara lima orang ini, Si Merah yang penjualannya terbanyak!” Si Merah pun merasa disanjung, ”Terima kasih, Pak!” katanya. Bos pun melanjutkan kata-katanya. ”Namun, kamu juga, Si Merah yang paling serakah di antara kelima orang ini. Saya sangat kecewa pada kamu. Mengapa kamu masih tega, ketika keempat temanmu masih kesusahan, kamu melenggang sendiri hidup sukses. Kamu egois. Saya tidak menginginkan tim seperti ini. Saya beri surat peringatan bahwa kamu egois. Di sini yang penting adalah kerja tim untuk mendapatkan target setinggi mungkin!”
Si Merah pun terdiam.
Posting Komentar untuk "Bukan Sukses Sendiri"
Kesan/Pesan
Posting Komentar