Sumber foto: konfrontasi.com

Pak Glenik terkejut ketika mendengar ada orang-orang yang bingung ketika akan beribadah. Mereka mencari tempat ibadah tapi tak kunjung menemukan. Pak Glenik teringat ketika dia akan beribadah namun tak kunjung menemukan tempat. Ia sedih karena tak bisa beribadah dengan baik. Hingga akhirnya ia diberitahu seorang kawan kalau ada tempat ibadah kira-kira 5 kilometer jauhnya dari tempatnya tinggalnya.

Pak Glenik bersyukur. Akhirnya ia bisa beribadah dengan baik di tempat ibadah sebagaimana mestinya. Ia mengenang itu 10 tahun yang lalu.

Sekarang ia menjumpai orang-orang yang senasib dengan dirinya 10 tahun lalu. Pak Glenik bisa merasakan apa yang mereka rasakan. Pak Glenik tepa selira. Ia tak ingin orang-orang tersebut bernasib seperti dirinya dulu.

Ia pun berkomitmen untuk membantu mereka meski beragama berbeda. Begitu mendengar kalau mereka bisa memperoleh sepetak tanah untuk bangunan tempat ibadah, Pak Glenik mendatangi mereka. "Apa yang bisa kubantu wahai, Saudaraku?"

Mereka tersenyum. "Sudah jangan sungkan, aku akan membantu Saudara-saudari. Aku hanya punya 2 kantong semen. Pakailah untuk tambahan membangun," lanjut Pak Glenik.

"Kami sebelumnya ingin kulanuwun, kalau kami akan membangun tempat ibadah," kata mereka. "Sudah, tak perlu risau. Sebelum kalian mengatakan itu, aku mempersilakannya. Bukankah kita saudara?" kata Pak Glenik.

"Tapi kenapa ya, Saudaraku, di beberapa tempat masih ada orang-orang yang tak seperti Pak Glenik?" tanya seorang dari mereka.

"Mungkin kurang piknik!" jawab Pak Glenik sambil menghembuskan rokok lintingannya. "Saudaraku, apakah aku diperbolehkan menghisap rokok lintingan yang Saudara hisap?" kata seorang dari mereka. Pak Glenik pun menyodorkan rokok lintingan yang baru saja dihisapnya.

Tiba-tiba sebuah mobil lewat dan di dalamnya terdengar lagu Nugie. "Hisaplah rokokku. Sedalam-dalamnya!" Lalu suara itu mengecil seiring mobil itu melaju meninggalkan mereka.

Suasana pun sunyi. "Pak Glenik, aku boleh nggak ikut menghisap rokok Pak Glenik?" bisik Yu Iteng yang tiba-tiba muncul setelah 40 hari menghilang. Pak Glenik yang sudah tak bisa lari sipat kuping hanya pasrah duduk mengangkang.

Post a Comment

Kesan/Pesan