Usai makan pagi yang kesorean di warteg, Pak Glenik melenggang pulang. Tiba-tiba ia terpesona sekaligus tergetar (fascinosum et tremendum) ketika ia melihat langit di utara.

Awan hitam tebal menggantung. Angin mulai bertiup keras. Wajahnya sumringah. Itu adalah tanda-tanda hujan lebat. Sudah beberapa hari di tempatnya tak hujan. Hawanya terlalu sumuk. Melihat awan hitam pekat itu, ia gembira sekaligus ngeri. Namun yang jelas hujan segera tiba.
Ia pun memotret pemandangan itu, mengunggah ke facebook dan menulis status atas gambar itu. "Syukurlah...sudah datang...semoga jadi berkat ya..."
Pak Glenik ingin berbagi isi hatinya melalui gambar itu.
Beberapa temannya mengomentarinya, memberi ucapan selamat kalau ia sudah punya mobil seperti yang tertangkap di gambar itu. Bertahun-tahun pegang hape berkamera, tak pernah becus memotret. Tak bisa membidik fokus objek yang tepat. Angle-nya pun aneh.
Dua jam kemudian, ketika ia tiduran dan hampir terlelap, tiba-tiba ada sesosok makhluk menubruknya. Meski ditubruk tapi ia tak merasa sakit, justru merasa seperti terbentur benda tumpul nan empuk.
Karena tak merasa sakit, ia diam saja. Ia tersadar ketika ada suara dekat telinganya, berbisik, "ajak aku jalan-jalan pakai mobil baru, dong! Itu mobil pengantin kita ya."
Pak Glenik njenggirat. Ternyata tadi adalah sesosok tubuh Yu Iteng yang menempel tubuhnya ketika tiduran di kursi teras rumah. Pak Glenik memberontak sampai botol-botol jamu Yu Iteng berserakan. "Apa mobil?" tanya Pak Glenik.

"Iya, baru beli mobil kan? Mbok aku diajak jalan-jalan berdua pakai mobil itu!"
Pak Glenik pun gemas lalu menggigit botol jamu. "Itu status facebook kalau aku senang mau turun hujan!"
"Lah, mobil itu?"
"Mbuh punya sapa!" jawabnya sambil lari menembus hujan entah ke mana.

Post a Comment

Kesan/Pesan