Ilustrasi: Semarangpedia.com


Pagi-pagi ketika hendak menjemur burung Kutilangnya, Pak Glenik terkejut karena dicablek Yu Iteng, penjual jamu yang janda muda sekaligus kenes. "Pak Glenik, itu loh ada pasangan yang romantis. Pagi-pagi dah mesra-mesraan!" katanya semangat. "Mana?" tanya Pak Glenik penasaran.

Mereka pun pergi ke arah yang ditunjuk Yu Iteng. Dengan mengendap-ngendap mereka mengintip pasangan itu.

"Pak, nggak kangen nih, nanti cepat pulang ya, mama kangen nih. Penginnya berduaan terus," kata perempuan yang memakai daster tipis itu.

Pasangannya pun menyambarnya dengan ciuman dahsyat. Pak Glenik dan Yu Iteng terkesiap. Tanpa sadar, tangan Yu Iteng sudah ngelus-ngelus dengkul Pak Glenik, Jomblo akut. "Hus, singkirkan tanganmu, Yu. Bikin ser-seran aja," bentak Pak Glenik.

Mereka masih mengintip perempuan berdaster dan suaminya itu bemesraan. Saling berpelukan dan berciuman serta bercumbu.

Tiba-tiba, Pak Glenik tanya sesuatu. "Yu, sekarang tanggal berapa?" "Ya, tanggal 3 lah, lupa tanggal?" jawab Yu Iteng dengen kenes.

"Oh, pantes aja. Lah wong baru gajian, full service. Coba, Yu, kamu datang ke sini tanggal 23 ke atas. Ada perang gerilya di rumah itu. Suara piring yang dibantingnya lebih keras daripada bom," kata Pak Glenik sambil teriak tanpa sadar.

"Huss. Jangan keras-keras. Mereka dengar!" teriak Yu Iteng latah menanggapi dengan suara keras pula.

"Pak, ada yang ngintip kita!" teriak wanita yang dasternya sudah tersingkap itu.

Tak perlu menunggu lama, Pak Glenik dan Yu Iteng lari tunggang langgang. Setelah jauh berlari, Yu Iteng teringat, "Waduh, Pak Glenik, nasib jamu gendongku bagaimana, ketinggalan di tempat kita ngintip?"

Pak Glenik pura-pura budek.

Post a Comment

Kesan/Pesan