
Namun
dalam iman, harapan, dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah berdoa
bagi kawanan domba-Nya agar bersatu; tiada yang mustahil untuk diubah dan
diwujudkan. Persatuan dan kesatuan Umat Kristiani dapat dibaca dalam terang
pengalaman konkret tersebut. Tumpuannya hanya satu yakni iman, harapan dan
kasih kepada Kristus yang sejak awal mula mendoakan kita semua agar bersatu
dalam kerukunan dan persaudaraan yang sejati.









Selanjutnya,
doa dan permenungan tersebut diterbitkan oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani
(di Vatikan, Katolik Roma) dan Komisi
Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia (di Genewa, Gereja-Gereja Protestan)
supaya digunakan oleh segenap umat kristiani di dunia ini.
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan
Agung Semarang dalam rangka PDS KUK mengedarkan bahan doa dan permenungan
tersebut di paroki, komunitas religius maupun gereja-gereja dari berbagai
denominasi yang didaraskan selama sepekan sejak 18-25 Januari 2016.
Ibadat ekumene dalam rangka PDS KUK 2016 dibuka di
Gereja Kristus Raja Ungaran (18 Januari 2016). Ibadat dihadiri 50 orang pendeta dari 20 sinode, 4 imam Katolik, sejumlah
biarawan-biarawati di sekitar Ungaran dan Ambarawa serta sekitar 1300 umat. Empat
imam itu adalah Romo Yakobus Sudarmadi Pr, Romo Yoh de Britto Dwijoatmoko SJ,
Romo P. Surya Hadi Atmoko MSF dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr. Kolekte ibadat
tersebut dipersembahkan untuk panti asuhan Santo Thomas Jimbaran-Ambarawa yang
dikelola Suster-suster Abdi Kristus.
Pendeta
Yohanes dalam renungannya mengatakan bahwa yang terjadi dalam Ibadat Ekumene
ini merupakan tanda karya agung Tuhan dalam kehidupan umat Kristiani di Ungaran khususnya, Kabupaten Semarang pada umumnya dan untuk
negeri ini. Kerukunan dan kebersamaan ini menjadi keindahan yang merupakan
karya Roh Kudus yang menjiwai Gereja-Nya. Masing-masing memiliki kelemahan dan
kekuatan yang saling melengkapi untuk kemuliaan Tuhan.
Ketua
Badan Kerja Sama Antar Gereja (BKSAG) Kabupaten Semarang Pendeta Markus dalam
sambutannya mengatakan, Ibadat Ekumene ini merupakan tanda agung karya Tuhan di
antara kita. Kerinduan yang sejak tahun 1980 muncul terjawab malam ini dengan
Ibadat Ekumene yang sangat semarak dan luar biasa istimewa ini.
Romo
Budi menambahkan bahwa Ibadat Ekumene seperti ini merupakan bentuk nyata dari
penghayatan atas doa Yesus yang menghendaki agar para murid-Nya hidup rukun dan
damai. Itulah indahnya hidup rukun dan damai. Ibarat satu tubuh dengan banyak
anggota, begitulah Gereja dengan Kristus sebagai Kepala dan Roh Kudus sebagai
jiwanya. Kebersamaan ini adalah untuk kemuliaan Tuhan agar umat semakin
mencinta Yesus dalam suka maupun duka.
Di
kota Semarang, atas koordinasi Komisi HAK Kevikepan Semarang dengan Persekutuan
Gereja-gereja Kristen Semarang (PGKS), Ibadat ekumene diselenggarakan di dua
tempat yakni di Gereja St. Mikael Semarang Indah (20 Januari 2016) dan Gereja
Kristen Indonesia (GKI) Gereformeerd (21 Januari 2016).
Di Gereja St. Mikael,
ibadat dihadiri oleh 4 imam Katolik yakni Romo AG. Luhur Prihadi Pr (Administrator
Episkopalis Semarang), Romo FX. Gunawan Heru Susanto, MSF (Pastor Kepala Paroki
St. Mikael), Romo FX. Tirta Dewantara, MSF (Ketua Komisi HAK Kevikepan Semarang)
dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr (Delegatus Kom HAK KAS). Sebanyak 31 pendeta dari
20 sinode, sejumlah biarawati dan sekurangnya 400 orang mengikuti ibadat
tersebut.
Dalam kotbahnya,
Pdt. Rahmat Paska Rajagukguk dari GKI Gereformeerd menyampaikan rasa syukur
bahwa upaya untuk membangun kerukunan antara umat Kristiani di Kota Semarang
semakin baik dari tahun ke tahun, khususnya terkait dengan PDS KUK. Dalam
rangka mewartakan karya-karya agung Tuhan, Pdt. Rahmat menyampaikan beberapa
kesaksian tentang kunjungan dan sapaan kepada berbagai kelompok di berbagai
tempat untuk mewartakan karya agung Tuhan dalam kehidupan bersama. Semua itu
merupakan karya Allah sendiri agar kita dapat kian menghadirkan semangat
persaudaraan dalam kehidupan bersama.
Selanjutnya, dalam
renungan yang disampaikan oleh Romo Aloys Budi Purnomo Pr, umat diajak untuk
bersyukur sebab dalam sembilan tahun terakhir berturut-turut, karya agung Tuhan
dinyatakan melalui gerakan Ibadat Ekumene di Kota Semarang ini dengan tekun dan
setia. “Jumlah Pendeta yang terlibat dalam Ibadat Ekumene kian bertambah dari
tahun ke tahun. Karya agung Tuhan juga dinyatakan dalam banyak bentuk upaya
mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera,
bermartabat dan beriman melalui kerja sama antar Gereja dari berbagai
denominasi sebagai satu tubuh dalam banyak anggota dengan Kristus sebagai
Kepala dan Roh Kudus sebagai Jiwanya,” katanya. Menurutnya, tujuannya hanya
satu agar nama Tuhan semakin dimuliakan dan kita kian mengasihi Yesus Kristus,
Sang Juruselamat dan saksi bagi persaudaraan sejati dalam Kristus.
Sedangkan
Ibadat Ekumene di GKI Gereformeerd dihadiri 1 imam Katolik, dan 20 pendeta. Dalam
khotbahnya, Pendeta Natanail Sitepu dari GSRI mengatakan dirinya bersyukur
bergabung dalam ibadat ekumene di Semarang. “Visi dari Pekan Doa Sedunia bukan
menjadikan kita satu denominasi tetapi kesatuan tubuh Kristus,” katanya. Menurutnya,
dunia yang kita huni bukan dunia yang tanpa dosa. Di tengah kesulitan yang
melanda dunia seperti tekanan, kesulitan politik, tidak menjadi alasan untuk
menyerah. Orang-orang kristiani dipanggil tidak hanya hadir di dalam gedung
gereja, tetapi justru hadir pada orang-orang yang membutuhkan.
Sedangkan
Pastor FX. Tirta Dewantara, MSF dalam khotbahnya mengingatkan supaya jemaat
kristiani bersatu meskipun berasal dari berbagai denominasi dan mau membuka
diri kepada Tuhan. “Kita ditantang untuk menghayati kekristenan kita,” katanya.
Pastor Tirta berharap kasih Allah yang begitu besar itu dibawa kepada
orang-orang sederhana dan membutuhkan bantuan.
Hasil
kolekte baik di Gereja Santo Mikael maupun di GKI Gereformeerd digunakan untuk aksi
sosial bagi nasi bungkus bagi kaum miskin kota di beberapa wilayah di kota
Semarang sebagai upaya nyata mewartakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar.
Di
Salatiga, ibadat dirayakan di GKJTU Salatiga yang dihadiri 3 imam Katolik, 13
pendeta dan sekurang-kurangnya 300 umat kristiani termasuk para biarawati. Sedangkan
kotbah disampaikan oleh Pendeta Emeritus Efrayim Purwoatmojo. Dalam kotbahnya,
Pendeta Efrayim mengajak seluruh umat yang hadir untuk turut ambil bagian mewartakan
karya-karya agung Tuhan melalui jalinan hidup yang rukun dan damai dengan
menghayati martabat sebagai murid-murid Kristus yang kudus. Belajar dari
pengalaman dua murid dari Emaus yang bersumber dari pemecahan roti, mereka
mengenal Kristus dan mewartakannya dengan semangat dalam persaudaraan bersama
teman-temannya, demikianlah kita umat Kristiani dewasa ini.
Pendeta
Daniel Heri Iswanto yang menjadi gembala sidang jemaat GKJTU Salatiga
sudah menyambut dengan penuh semangat gerakan ini tiga tahun lalu saat masih
menjadi Ketua Badan Kerjasama Gereja-Gereja Salatiga (BKGS).
Sementara itu, Pendeta Prasetyawan yang saat ini menjadi Ketua BKGS tetap
melanjutkan hal itu bahkan menjadikannya sebagai salah satu program tahunan
BKGS. Suasana Ibadat yang semarak, penuh kebersamaan dan kerukunan terbangun di
GKJTU Salatiga yang menjadi gereja cagar budaya itu. Hal
yang sama diungkapkan oleh Pendeta Hananto dari GKJ Salatiga.
Acara
ibadat juga diselenggarakan di paroki Mertoyudan-Magelang (25 Januari 2016) dan
di Gereja Pringgolayan Yogyakarta.
إرسال تعليق for "Gerakan Ekumene makin Tumbuh Subur"
Kesan/Pesan
إرسال تعليق