Gerakan Ekumene makin Tumbuh Subur



Panggilan Mewartakan Perbuatan-perbuatan Tuhan yang Besar (bdk 1 Petrus 2:9) menjadi tema Pekan Doa Sedunia untuk Kesatuan Umat Kristiani (PDS KUK) 2016 ini. Tema beserta bahan doanya dipersiapkan oleh Komunitas Umat Kristiani di Latvia, terutama oleh Pusat Orang Muda Katolik Keuskupan Agung Riga, yang timbul dari pengalaman mereka menyelenggarakan Jalan Salib Ekumenis. Pengalaman Umat beriman di negeri bekas Uni Soviet yang sebelumnya dikuasai komunisme itu menggambarkan betapa pedihnya perpecahan dan betapa penting-indahnya persatuan. Sejarah kelam saat Latvia menjadi bagian Uni Soviet masih menghantui banyak sekali orang di Negara tersebut. Dukacita mendalam dan kepedihan itu mengakibatkan luka batin yang membuat orang menjadi sulit mengampuni.
Namun dalam iman, harapan, dan kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah berdoa bagi kawanan domba-Nya agar bersatu; tiada yang mustahil untuk diubah dan diwujudkan. Persatuan dan kesatuan Umat Kristiani dapat dibaca dalam terang pengalaman konkret tersebut. Tumpuannya hanya satu yakni iman, harapan dan kasih kepada Kristus yang sejak awal mula mendoakan kita semua agar bersatu dalam kerukunan dan persaudaraan yang sejati.
Selanjutnya, doa dan permenungan tersebut diterbitkan oleh Dewan Kepausan untuk Kesatuan Umat Kristiani (di Vatikan, Katolik Roma) dan Komisi Iman dan Hukum Dewan Gereja-Gereja Sedunia (di Genewa, Gereja-Gereja Protestan) supaya digunakan oleh segenap umat kristiani di dunia ini.

Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang dalam rangka PDS KUK mengedarkan bahan doa dan permenungan tersebut di paroki, komunitas religius maupun gereja-gereja dari berbagai denominasi yang didaraskan selama sepekan sejak 18-25 Januari 2016.
Ibadat ekumene dalam rangka PDS KUK 2016 dibuka di Gereja Kristus Raja Ungaran (18 Januari 2016). Ibadat dihadiri 50 orang pendeta dari 20 sinode, 4 imam Katolik, sejumlah biarawan-biarawati di sekitar Ungaran dan Ambarawa serta sekitar 1300 umat. Empat imam itu adalah Romo Yakobus Sudarmadi Pr, Romo Yoh de Britto Dwijoatmoko SJ, Romo P. Surya Hadi Atmoko MSF dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr. Kolekte ibadat tersebut dipersembahkan untuk panti asuhan Santo Thomas Jimbaran-Ambarawa yang dikelola Suster-suster Abdi Kristus.
Pendeta Yohanes dalam renungannya mengatakan bahwa yang terjadi dalam Ibadat Ekumene ini merupakan tanda karya agung Tuhan dalam kehidupan umat Kristiani di Ungaran khususnya, Kabupaten Semarang pada umumnya dan untuk negeri ini. Kerukunan dan kebersamaan ini menjadi keindahan yang merupakan karya Roh Kudus yang menjiwai Gereja-Nya. Masing-masing memiliki kelemahan dan kekuatan yang saling melengkapi untuk kemuliaan Tuhan.
Ketua Badan Kerja Sama Antar Gereja (BKSAG) Kabupaten Semarang Pendeta Markus dalam sambutannya mengatakan, Ibadat Ekumene ini merupakan tanda agung karya Tuhan di antara kita. Kerinduan yang sejak tahun 1980 muncul terjawab malam ini dengan Ibadat Ekumene yang sangat semarak dan luar biasa istimewa ini.
Romo Budi menambahkan bahwa Ibadat Ekumene seperti ini merupakan bentuk nyata dari penghayatan atas doa Yesus yang menghendaki agar para murid-Nya hidup rukun dan damai. Itulah indahnya hidup rukun dan damai. Ibarat satu tubuh dengan banyak anggota, begitulah Gereja dengan Kristus sebagai Kepala dan Roh Kudus sebagai jiwanya. Kebersamaan ini adalah untuk kemuliaan Tuhan agar umat semakin mencinta Yesus dalam suka maupun duka.
Di kota Semarang, atas koordinasi Komisi HAK Kevikepan Semarang dengan Persekutuan Gereja-gereja Kristen Semarang (PGKS), Ibadat ekumene diselenggarakan di dua tempat yakni di Gereja St. Mikael Semarang Indah (20 Januari 2016) dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gereformeerd (21 Januari 2016).
Di Gereja St. Mikael, ibadat dihadiri oleh 4 imam Katolik yakni Romo AG. Luhur Prihadi Pr (Administrator Episkopalis Semarang), Romo FX. Gunawan Heru Susanto, MSF (Pastor Kepala Paroki St. Mikael), Romo FX. Tirta Dewantara, MSF (Ketua Komisi HAK Kevikepan Semarang) dan Romo Aloys Budi Purnomo Pr (Delegatus Kom HAK KAS). Sebanyak 31 pendeta dari 20 sinode, sejumlah biarawati dan sekurangnya 400 orang mengikuti ibadat tersebut.
Dalam kotbahnya, Pdt. Rahmat Paska Rajagukguk dari GKI Gereformeerd menyampaikan rasa syukur bahwa upaya untuk membangun kerukunan antara umat Kristiani di Kota Semarang semakin baik dari tahun ke tahun, khususnya terkait dengan PDS KUK. Dalam rangka mewartakan karya-karya agung Tuhan, Pdt. Rahmat menyampaikan beberapa kesaksian tentang kunjungan dan sapaan kepada berbagai kelompok di berbagai tempat untuk mewartakan karya agung Tuhan dalam kehidupan bersama. Semua itu merupakan karya Allah sendiri agar kita dapat kian menghadirkan semangat persaudaraan dalam kehidupan bersama.
Selanjutnya, dalam renungan yang disampaikan oleh Romo Aloys Budi Purnomo Pr, umat diajak untuk bersyukur sebab dalam sembilan tahun terakhir berturut-turut, karya agung Tuhan dinyatakan melalui gerakan Ibadat Ekumene di Kota Semarang ini dengan tekun dan setia. “Jumlah Pendeta yang terlibat dalam Ibadat Ekumene kian bertambah dari tahun ke tahun. Karya agung Tuhan juga dinyatakan dalam banyak bentuk upaya mewujudkan peradaban kasih bagi masyarakat Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman melalui kerja sama antar Gereja dari berbagai denominasi sebagai satu tubuh dalam banyak anggota dengan Kristus sebagai Kepala dan Roh Kudus sebagai Jiwanya,” katanya. Menurutnya, tujuannya hanya satu agar nama Tuhan semakin dimuliakan dan kita kian mengasihi Yesus Kristus, Sang Juruselamat dan saksi bagi persaudaraan sejati dalam Kristus.
Sedangkan Ibadat Ekumene di GKI Gereformeerd dihadiri 1 imam Katolik, dan 20 pendeta. Dalam khotbahnya, Pendeta Natanail Sitepu dari GSRI mengatakan dirinya bersyukur bergabung dalam ibadat ekumene di Semarang. “Visi dari Pekan Doa Sedunia bukan menjadikan kita satu denominasi tetapi kesatuan tubuh Kristus,” katanya. Menurutnya, dunia yang kita huni bukan dunia yang tanpa dosa. Di tengah kesulitan yang melanda dunia seperti tekanan, kesulitan politik, tidak menjadi alasan untuk menyerah. Orang-orang kristiani dipanggil tidak hanya hadir di dalam gedung gereja, tetapi justru hadir pada orang-orang yang membutuhkan.
Sedangkan Pastor FX. Tirta Dewantara, MSF dalam khotbahnya mengingatkan supaya jemaat kristiani bersatu meskipun berasal dari berbagai denominasi dan mau membuka diri kepada Tuhan. “Kita ditantang untuk menghayati kekristenan kita,” katanya. Pastor Tirta berharap kasih Allah yang begitu besar itu dibawa kepada orang-orang sederhana dan membutuhkan bantuan.
Hasil kolekte baik di Gereja Santo Mikael maupun di GKI Gereformeerd digunakan untuk aksi sosial bagi nasi bungkus bagi kaum miskin kota di beberapa wilayah di kota Semarang sebagai upaya nyata mewartakan perbuatan-perbuatan Tuhan yang besar.
Di Salatiga, ibadat dirayakan di GKJTU Salatiga yang dihadiri 3 imam Katolik, 13 pendeta dan sekurang-kurangnya 300 umat kristiani termasuk para biarawati. Sedangkan kotbah disampaikan oleh Pendeta Emeritus Efrayim Purwoatmojo. Dalam kotbahnya, Pendeta Efrayim mengajak seluruh umat yang hadir untuk turut ambil bagian mewartakan karya-karya agung Tuhan melalui jalinan hidup yang rukun dan damai dengan menghayati martabat sebagai murid-murid Kristus yang kudus. Belajar dari pengalaman dua murid dari Emaus yang bersumber dari pemecahan roti, mereka mengenal Kristus dan mewartakannya dengan semangat dalam persaudaraan bersama teman-temannya, demikianlah kita umat Kristiani dewasa ini.
Pendeta Daniel Heri Iswanto yang menjadi gembala sidang jemaat GKJTU Salatiga sudah menyambut dengan penuh semangat gerakan ini tiga tahun lalu saat masih menjadi Ketua Badan Kerjasama Gereja-Gereja Salatiga (BKGS). Sementara itu, Pendeta Prasetyawan yang saat ini menjadi Ketua BKGS tetap melanjutkan hal itu bahkan menjadikannya sebagai salah satu program tahunan BKGS. Suasana Ibadat yang semarak, penuh kebersamaan dan kerukunan terbangun di GKJTU Salatiga yang menjadi gereja cagar budaya itu. Hal yang sama diungkapkan oleh Pendeta Hananto dari GKJ Salatiga.
Acara ibadat juga diselenggarakan di paroki Mertoyudan-Magelang (25 Januari 2016) dan di Gereja Pringgolayan Yogyakarta.


Lukas Awi Tristanto Tanggal 23 Juni 1979, tiba-tiba aku terlempar ke dunia. Rupanya Tuhan memberi aku kesempatan untuk berziarah menikmati harumnya kehidupan.

إرسال تعليق for "Gerakan Ekumene makin Tumbuh Subur"