Sore-sore, Pak Glenik tampak kebingungan. Dia mondar-mandir di pastoran. Tak tahan di pastoran, ia pun melangkah ke luar, ke taman. Di taman pun, ia masih tampak bingung. Ia berjalan ke sana ke mari. Ia mengitari taman itu. Berkali-kali.  Entah sudah berapa kali, mungkin lebih dari 20 kali. Ia masih tampak bingung. Ia terngiang pertanyaan seorang anak kecil yang rajin berangkat sekolah minggu.
            “Pak Glenik, Aning mau tanya, ikan apa yang dipakai Tuhan Yesus pada saat membuat mukjizat pergandaan bersama roti?” tanya anak kecil yang lincah itu.
            Pak Glenik yang sedang menyapu halaman gereja pun menghentikan sapuannya. Ia menoleh pada anak kecil itu. Lalu matanya menatap ke atas, berpikir. Namun, tak sepatah katapun keluar. Aning menunggu sekian detik. Karena tak kunjung ada jawaban, ia pun mencecar Pak Glenik.
            “Ayo, Pak Glenik. Jawab. Aning kan tidak tahu?” rengek Aning.
            “Iya, Aning. Pak Glenik bingung nama ikannya. Begini saja, Minggu depan, kalau Aning ke gereja, Pak Glenik jawab ya. Beri waktu seminggu untuk mencari jawabannya. Oke?”
            “Oke!” jawab Aning.

            Sejak itulah, Pak Glenik berusaha mencari sumber-sumber terpercaya. Ia pun pergi ke perpustakaan paroki yang buku-bukunya cukup lengkap. Ia mencoba mencari tahu perihal nama ikan yang dipakai Yesus untuk membuat mukjizat pergandaan 5 roti dan 2 ikan. Merasa tak menemukan jawaban, ia pun bertanya pada pastor paroki. “Wah, saya tidak tahu. Lah, wong penulis Injilnya saja tidak menyebutkan namanya,” jawab Romo Darso yang terkenal arif itu.
            Mendengar jawaban seperti itu, Pak Glenik putus asa. “Apa Romo dulu tidak pernah bertanya tentang nama ikan itu pada dosen Romo di seminari?” tanya Pak Glenik.
            “Wah, tentang nama ikan tidak pernah dibahas di seminari, Pak Glenik, lah memangnya mau belajar perikanan?” jawab Romo.
            Pak Glenik pun kecut hati, dikiranya, pastornya malah bercanda.
            Sekarang tinggal satu hari, Pak Glenik harus memberi jawaban pada Aning tentang nama ikan itu.
            Akhirnya, hari Minggu tiba. Pak Glenik makin gelisah. Di depan gereja, tiba-tiba ia melihat Aning bersama dua orangtuanya. Melihat Pak Glenik, Aning berlari menghampirinya. “Pak Glenik, apa nama ikannya?”
“Mati, aku, belum tahu jawabannya,” gumamnya dalam hati. Namun, tiba-tiba terlintas begitu saja di pikiran Pak Glenik, “Aku tahu, ikan Bawal!”
Aning pun melongo. “Iya, kan ada lagunya, “Bawalah persembahanmu nanti. Ke altar yang suci. Semoga Allah Bapa berkenan. Mengambil tanda cintamu…….” (Lagu Persembahan),” imbuh Pak Glenik.
Pastor yang berada di dekat mereka pun geleng-geleng mendengar jawaban Pak Glenik.

Post a Comment

Kesan/Pesan