Hari Pangan Sedunia tiba. Berbagai acara digelar mulai dari seremoni, 
  edukasi maupun animasi dilakukan untuk menyampaikan hal ikhwal tentang pangan. 
  Semuanya baik. Namun, saya ingin menekankan pemahaman bahwa pangan berkaitan 
  erat dengan kesehatan dan nasib lingkungan hidup serta ekonomi. 
  
Indonesia adalah negara yang dilanda pangan dari berbagai negara meskipun 
  sampai hari ini, Indonesia masih diklaim sebagai negara agraris. Anehkan? 
  Negara agraris namun mengimpor pangan dari luar? Padahal, di sisi lain banyak 
  kok produk petani Indonesia yang semestinya bisa dikonsumsi. Namun sayang, 
  pengaruh gaya hidup telah menyeret masyarakat supaya lebih menyukai 
  mengkonsumsi produk pertanian dari luar daripada dari petani domistik. 
  Imbasnya, produk pertanian lokal tersingkir. Rupiah terparkir di luar negeri. 
  Hal ini terjadi pula dengan waralaba pangan dari luar negeri.
Terkait dengan kesehatan. Ada beberapa makanan dari luar negeri yang 
  kebersihan dan kelayakannya masih diragukan. Namun, masyarakat justru 
  menggebu-gebu mengonsumsinya. Padahal banyak produk pertanian lokal yang 
  justru memiliki kandungan yang menyehatkan tubuh. Namun hal ini kerap tidak 
  disadari.
Ketiga, kerap kali, masyarakat juga tidak menyadari bahwa pangan terkait 
  dengan nasib lingkungan hidup. Mari kita lihat, apakah bungkus atau kemasan 
  makanan itu ramah lingkungan? Akhir-akhir ini kerap saya jumpai, kemasan 
  makanan justru dinominasi plastik, stiryfoam, alumunium foil atau pun 
  logam. 
Bukankah itu semua berbahaya bagi lingkungan hidup. Air minum dalam 
  kemasan makin banyak dijual dan diminati masyrakat.  Demikian juga 
  bungkus makanan kecil didominasi dengan plastik. Meski bungkus-bungkus itu 
  didaur ulang, namun sampai kapan kita sanggup mendaur ulang? Apakah semua juga 
  bisa didaur ulang? Jika tidak, bukankah yang terjadi di depan kita adalah 
  penumpukan sampah?
HPS tahun ini, saya rasa juga bisa menyentuh permasalahan2 itu, 
  kesehatan, nasib lingkungan hidup serta ekonomi. Kesadaran itu baik kalau 
  disasar pada anak-anak yang selama ini menjadi konsumen makanan2 kecil dengan 
  bungkus tidak ramah lingkungan dan makanan yang tidak sehat. Anak-anak diajak 
  untuk mengonsumsi makanan sehat, produk dalam negeri dari petani sendiri dan 
  ramah lingkungan. Demikian juga para orang tua perlu diberi penjelasan tentang 
  hal itu, karena merekalah yang menjajakan anak-anaknya.
Dan yang tak kalah penting, Gereja pun demikian. Karena kalau tidak 
  hati-hati, selebrasi HPS justru menyisakan bungkus-bungkus/kemasan2 yang tidak 
  ramah lingkungan seperti, backdrop acara, botol plastik, plastik pembungkus/ 
  kresek, gelas plastik minuman mineral atau es teh yang dijual oleh pengisi 
  stan. Miris sekali kan?
Posting Komentar untuk "Masukan untuk Peringatan Hari Pangan Sedunia"
Kesan/Pesan
Posting Komentar