Sering kali saya mengalami hal ini. Ketika musim kemarau yang seharusnya sangat panas, namun dalam waktu-waktu tertentu, saya merasakan hawa udara yang sangat dingin. Siang hari kita seakan terbakar. Namun pada malam hari terutama jelang pagi hari dan pagi hari, hawa dingin menusuk tulang.

Saya pun berkesimpulan sementara, tidak ada yang mutlak terjadi. Meskipun musim panas namun tetap saja mengalami hawa dingin yang menusuk tulang. Dalam hal ini tidak ada peristiwa yang terjadi 100 persen yang benar-benar mewakili peristiwa 100 persen itu. Semuanya adalah campuran dari berbagai anasir, peristiwa, kehendak dan kekuatan.

Demikian halnya dengan kesedihan. Tidak ada kesedihan 100 persen. Hal yang sama juga dengan kebahagiaan. Tidak ada kebahagiaan 100 persen. Semuanya saling menguasai dan membulat dalam satu peristiwa sehingga terkadang kita tidak bisa mengerti sesungguhnya apakah sekarang bahagia atau menderita.

Maka, ketika ada orang pergi meninggalkan kita, kita pun bertanya apakah ini peristiwa sedih atau gembira. Semuanya bisa sangat mungkin. Sedih, karena orang tersebut adalah orang yang sudah turut andil dalam membangun hidup kita. Gembira, karena orang itu adalah orang yang menyebalkan, tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.

Ibarat melihat gelas yang terisi separo air, kita pun  bisa mengatakan gelas itu setengah isi. Ini tidak salah. Pun orang mengatakan gelas itu setengah kosong. Itu juga tidak salah. Semunya bisa dinilai seperti itu, meskipun faktanya sama.

Musim kemarau, semestinya musim panas, namun kita pun masih merasakan dinginnya.Tak ada yang seratus persen.

Post a Comment

Kesan/Pesan