Bagi saya misa perkawinan orang kaya yang dipimpin 12 uskup itu cukup sensitif. Mungkin hal itu sangayt terasa bagi, pertama, kaum jomblo. Sadar tidak sih berita atau peristiwa perkawinan bagi para jomblo sangat sensitif. Bahkan berita itu bak teror yg menghantui siang malam. Mungkin pertanyaan ini bagaikan serangan rudal di Timur Tengah, "Mau menikah kapan?" Ledakan pertanyaan itu bisa membuat muka si jomblo merah padam.
Lebih hebat lagi pertanyaan ini, "Sudah punya pacar?" Bagi jomblo, pertanyaan ini bak senjata nuklir yang meluluhkan dan menghancurkan sebuah pulau di dekat Antartika sana. Lalu pertanyaan ini, "Memang dia mau sama kamu?" Ini mungkin bisa memancing perang yang lebih hebat dari perang teluk. Pertanyaan ini memicu perang antarbenua. Jika di benua antartika mungkin si jomblo sampai melibatkan para penguin yang unyu-unyu. Jika si jomblo di Australia, dia tak segan-segan mengagitasi kanguru untuk angkat senjata.
Jadi, tak usah sampai siapa yang mimpin dan berapa yang memimpin misa perkawinan, si jomblo akan merasa diobok-obok ulu hatinya.
Kedua, berita perkawinan akan sangat sensitif bagi yang di PHP. Bayangkan, dia sudah membayang-bayang waktu dan terjadinya perkawainan yang anggun, tiba-tiba pasangannya jadi tak jelas. Lebih mual lagi perutnya, ketika sahabat-sahabatnya sudah mulai menikah dan suatu hari mereka datang ke rumah berombongan dan di sana ada salah seorang mantannya yang dulu bernyanyi koor, "Kamu nikahnya kapan?" Perutnya langsung mual dan ia muntah sehabis-habisnya.
Maka, melihat daya mualnya yang begitu hebat, berita misa perkawinan dipimpin 12 uskup gak ada apa-apanya.
Ketiga, orang yang paling sensitif dengar berita misa perkawinan dipimpib 12 uskup adalah orang yang sudah punya pacar tapi tak direstui orang tuanya, namun nekad backstreet. Ini mengerikan. Dia bagaikan menabrak dinding pegunungan karst kendeng untuk menuju pada tahap pernikahan. Jangankan 12 uskup, atau1 uskup, atau 1 romo, 1 prodiakon pun tak bisa memimpin ibadat tunangan. Yang ada hanya isak tangis. Jadi kuncinya, berita misa perkawinan yang dipimpin 12 uskup tak ada apa-apanya bagi penderitaan 3 orang ini. Bukan karena yang mimpin 12 uskup, tetapi karena 3 jenis orang ini masih berkutat dengan persoalan jodohnya.

Post a Comment

Kesan/Pesan