Ibu Bumi

Ibu Sejati manusia adalah Ibu Bumi. Meskipun kita masing-masing mempunyai ibu, namun, ibu yang sesungguhnya adalah Ibu Bumi karena ibu yang melahirkan manusia pada dasarnya hanya sebagai perantara manusia hidup di dunia. Dan mereka bersama anak-anaknya hidup dari Ibu Bumi juga. Manusia hidup dari Ibu Bumi. Hal itulah yang kurang-lebihnya dilontarkan oleh Gunarti, seorang Sedulur Sikep yang tinggal di daerah Sukolilo.

Manusia hidup karena makan makanan yang dihasilkan bumi. Itu adalah suatu kenyataan yang tak bisa ditolak. Sehebat apapun, semodern apapun, manusia tergantung pada bumi. Bumi menyediakan semuanya, segala macam tumbuhan-tumbuh di permukaan bumi. Dari dalam perut bumi, manusia dapat mendapati umbi-umbian dan rimpang yang dikonsumsi sebagai makanan maupun obat-obatan. Demikian juga, tumbuhan menghasilkan daun, bunga dan buah yang bisa dimanfaatkan manusia untuk mempertahankan hidupnya.


Manusia tidak dapat membuat makanan sendiri tanpa mengandalkan bumi. Maka, bumi menjadi sangat penting bagi kehidupan manusia,  bahkan makhluk-makhluk hidup yang merayap di permukaan bumi.

Sayangnya, manusia lupa bahwa bumi adalah sumber kehidupannya. Alih-alih menyelamatkannya, manusia justru merusaknya dengan berbagai cara. Penambangan menjadi dalih untuk merusak bumi. Melalui penambangan, manusia berusaha meraih keuntungan sebanyak-banyaknya. Akibatnya, perut bumi dibedah sedemikian rupa. Bijih-bijih tambang seperti emas, nikel, perak, aluminium dan lain sebagainya diangkut ke atas perut bumi. Selanjutnya, bahan-bahan tersebut diolah. Sedikit ataupun banyak, bahan-bahan untuk mengolah bijih-bijih tersebut tidak ramah lingkungan. Bahkan berpotensi mencemarkan lingkungan seperti air.

Air yang menjadi sumber kehidupan, dikonsumsi manusia, hewan dan tumbuhan, tercemar dengan sangat mengerikan. Di samping itu penambangan juga menyisakan lubang-lubang raksasa yang menggerus dan merampok kesuburan tanah. Manusia juga getol memakai produk-produk yang menghasilkan sampah yang sulit diuraikan. Sekarang manusia lebih suka memproduksi kemasan entah makanan maupun produk-produk lainnya dengan bahan-bahan yang merusak lingkungan misalnya plastik. Bahkan Gereja dan lembaga-lembaga agama lainnya pun sadar tidak sadar pada hari-hari rayanya, mengonsumsi makanan yang menghasilkan sampah-sampah plastik. Mereka tidak sadar atau tidak mau repot dengan dampak buruk dari sampah. Akibatnya usai pesta, sampah berserakan di mana-mana. Saat ini, hampir semua barang yang dibuat manusia berpotensi menghasilkan sampah.

Orang saat ini mungkin bangga dengan membeli sepeda motor atau mobil baru. Namun, bagi saya dengan membeli mobil atau sepeda motor, berarti kita menjadi polutan baru atas pemakaian barang tersebut. Lihat saja, banyak hal yang menempel pada kendaraan tersebut merupakan hasil merusak alam, bahkan nantinya juga sisa pembakaran ataupun sisa bahan seperti oli bekas, kemasan onderdil dan lain sebagainya akan berdampak pada kerusakan lingkungan.

Dampak buruknya jika kita tak mengindahkan cara hidup kita adalah bumi rusak tak terkira. Manusia dan makhluk hidup lainnya yang harus menjadi korban dari kecerobohan itu. Semestinya manusia sadar dan mencerdaskan dirinya dengan berhati-hati dalam menghasilkan dan memakai produk-produk yang berpotensi merusak ibu bumi. Dengan demikian, manusia setiap akan melakukan kegiatan hidupnya selalu berpikir, "apakah kegiatan ini berpotensi merusak bumi?"

Jika iya, maka ia mengurungkan kegiatannya itu.

Gunarti sebenarnya telah menyadarkan kita untuk kembali menghormati bumi ini. Karena bagaimana pun juga, apapun yang kita berikan atau perlakukan pada bumi juga akan berdampak pada kita sendiri. Lebih mulia lagi, Gunarti telah menunjuk bahwa bumi adalah ibu sejati yang memberikan kehidupan pada setiap makhluk hidup baik di dalam maupun di atasnya. Maka, mari kita yang adalah anak-anak ibu bumi, kembali menghormati bumi, karena dialah yang menghidupi kita.


Lukas Awi Tristanto Tanggal 23 Juni 1979, tiba-tiba aku terlempar ke dunia. Rupanya Tuhan memberi aku kesempatan untuk berziarah menikmati harumnya kehidupan.

تعليق واحد for "Ibu Bumi"

Perbedaan itu indah 10 أغسطس 2012 في 9:39 ص حذف التعليق
Nice blog. Salam kenal...BD